TEORI KETERGANTUNGAN - ANISSA (2013230048)
Akhir
1960-an “pasca behavioralis” untuk membuat studi hubungan internasional menjadi
relevan dengan persoalan manusia masa kini, dalam literatur berbahsa inggris
tentang ilmu ini muncul teorisasi tentang hubungan yang asimetris, yaitu
hubungan ketergantungan. Teori ini sudah berkembang di tempat asalnya, yaitu
Amerika Latin sejak awal 1950-an. Pada dasarnya, teori ini menjelaskan
persoalan kemunduran negara-negara bekas jajahan di Dunia Ketiga dengan melihatnya
dalam konteks global. Teoritisi modernisasionis menduga bahwa kemunduran itu
bersifat internal dan cultural (seperti, kurangnya “motivasi berprestasi”
despotsme, korupsi), teorisasi dependencia hendak menunjukan bahwa penyebab itu
bersifat eksternal dan struktural. Sementara teoritisi imperialism melihat
hubungan antara negara kuat dan lemah itu dari persepektif negara penjajah
(Eropa dan Amerika Utara), teoritisi dependencia memandang persoalannya dari
persepektif negara terjajah.
Inti
dari teori dependencia, yaitu penetrasi asing dan ketergantungan eksternal
menyebabkan timbulnya distorsi besar-besaran dalam struktur ekonomi “pinggiran”
(periphery), yang pada gilirannya menimbulkan konflik sosial yang gawat dan
akhirnya mendorong timbulnya penindasan negara terhadap rakyat di masyarakat
yang tergantung itu. Hampir semua negara Dunia Ketiga mengalami penetrasi
mendalam dan sangat tergantung pada negara-negara industry maju dan terutama
ekonomi dunia. Penetrasi itu bisa terjadi melalui cara, ekonomi, politik dan
cultural, dan berbagai periode perkembangan suatu negara. Penetrasi ekonomi
bisa melalui financial atau teknologis. Cara paling umum adalah melalui
penanaman modal langsung, dimana perusahaan multinasional (PMN) membentuk
cabang-cabang yang terlibat dalam pertambangan, pertanian, pabrik mesin dan
perdagangan. Penetrasi politik dan cultural bisa berlangsung melalui
paket-paket meteril atau simbolis, seperti bukum program televise, Koran,
majalah dan film. Misalnya, para pemuda yang pulang belajar di negeri pusat
bisa membawa unsur-unsur kultur industrial Barat, seperti cara berpikir dan
bertindak, ideology, nilai pola konsumsi (Mos’oed,1990:204).
Daftar Pustaka :
Mos’oed, Mochtar. (1990). Ilmu Hubungan
Internasional Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES