TEORI PERBANDINGAN POLITIK - PRAYOGO SULAKSONO (2013230059)

05.31.00 0 Comments

Teori Perbandingan Politik merupakan salah satu cabang studi ilmu politik. Dalam Teori Pebandingan Politik ini, banyak istilah yang terlanjur digunakan secara longgar dan diartikan secara berbeda-beda. Contohnya seperti “perbandingan pemerintahan”, yang biasanya mengacu ke studi tentang berbagai negara bangsa di Eropa. Studi perbandingan politik (comparative politics) lebih mempelajari kegiatan-kegiatan politik dalam cakupan lebih luas, termasuk mengenai pemerintahan dan berbagai lembaganya dan juga aneka organisasi yang tidak secara langsung berhubungan dengan pemerintahan (antara lain adalah suku bangsa, masyarakat, asosiasi-asosiasi, dan berbagai perserikatan). Istilah perbandingan politik juga diartikan sebagai upaya untuk membandingkan segala bentuk kegiatan politik, baik itu yang berkaitan dengan pemerintahan maupun yang tidak berhubungan dengan pemerintahan.

Perbandingan politik juga banyak bersumber dari pemikiran para tokoh di awal abad 20 seperti Woodrow Wilson, James Bryce dan Carl Friedrich, yang mengarah ke studi formal tentang pemerintahan dan negara. Karya dibidang lain yang turut mempengaruhi studi perbandingan politik, antara lain karya A.R. Radcliffe-Brown dan Bronislaw Malinowski dibidang Antropologi Gaetano Mosca, Vilfredo Pareto, Mark Weber dan Emile Durkheim dibidang sosiologi dan sosiologi politik serta John M. Keynes, Karl Marx dan V.I. Lenin dibidang ekonomi politik.

Pasca Perang Dunia ke-2 studi perbandingan politik sangatlah besar. Menurut  Braibanti (1968), disaat itulah terjadi lonjakan riset tentang negara-negara baru, ditopang oleh perkembangan teknologi riset dan melimpahnya dana penelitian yang antara lain disediakan pemerintah yang menginginkan masukan-masukan dari kalangan akademis untuk menyusun aneka program luar negeri, termasuk program bantuan untuk negara berkembang. Berikut dua gaya pemikiran yang menjadi landasan analisis perbandingan politik:

a)      Historisisme
Historisisme, tumbuh dari perdebatana akademik Jerman diakhir abad ke 19. Pemikiran ini dianut oleh tokoh politik seperti Hegel dan Marx. Historisisme berurusan dengan sejarah. Tokoh Karl Mannheim menmandang historisisme sebagai suatu kekuatan intelektual yang melambangkan wawasan-wawasan dunia dan merasuk kedalam pikiran sehari-hari. Selain itu, Tokoh Eugene Miler memandang historisisme sebagai wawasan bahwa tugas utama ilmuan sosial adalah menemukan hukum-hukum dimana keseluruhan masyaraat berkembang dengannya dan berdasarkan hukum-hukum perkembangan historis tersebut membuat prediksi masa depan.

b)      Positivisme
Positivisme, Bertindak sebagai reaksi terhadap Historisisme. David Hume merupakan pelopor terkemuka positivisme yang tumbuh dari empirisisme inggris klasik dan tampaknya menjadi basis positivisme didalam ilmu politik kontemporer. Sebagiannya lagi dipengaruhi oleh Henri Saint-Simon yang menekankan pengetahuan ilmiah dan teknologi. Serta Aguste Comte memperluas beberapa prinsip Positivisme , walaupun telah dipadukan dalam tradisi kelompok historisisme. Para pemikir-pemikir ini dan pemikir yang lain memberikan beberapa prinsip positivisme yang sekarang ini menekankan ilmu empiris dengan konse, ukum dan teori yang mencerminkan peristiwa-peristiwa dalam dunia nyata.

Pendekatan Dalam Ilmu Perbandingan Politik
a)      Pendekatan Tradisional
Pendekatan Tradisional adalah pendekatan yang saling menghubungkan fakta dan nilai dalam studi politik/ilmu perbandingan politik. Pendekatan tradisional memfokuskan analisis pada struktur negara, pemilihan umum dan partai politik.  Pendekatan ini cenderung menggambarkan institusi – institusi politik tanpa mencoba membandingkannya atau mengidentifiasi tipe- tipenya. Contohnya seperti ”institusi parlemen terhadap institusi presidensial”. Pendekatan tradisional juga seringkali berpusat pada evolusi institusi-institusi formal tertentu. Contohnya seperti “ asal asul sistem parlemen Inggris hingga ke magna carta “. Selain itu , Pendekatan ini juga membatasi dalam pengujian atau penelitianya hanya pada institusi-institusi Eropa Barat seperti Inggris, Perancis, Jerman dan Swiss. Karena karakter-karakter tersebut pendekatan Tradisional sering dianggap kurang memenuhi syarat dalam Ilmu Perbandingan Politik.


b)      Pendekatan Perilaku ( Behavioral Approach )
Pendekatan Prilaku ( Behavioral Approach ) adalah suatu reaksi terhadap spekulasi teori-teori yang memberikan uraian penjelasan, kesimpulan dan penilaian berdasarkan norma-norma / aturan-aturan dan standar kekuasaan maupun Etnosentrisme, Formalisme dan Deskripsi Barat yang menjadi karakteristik pendekatan tradisioal kontemporer. Pendekatan prilaku dianggap para ilmuan sebagai jalan alternatif dalam melengkapi Pendekatan tradisional karena pendekatan perilaku di anggap sistematis dalam hal melakukan suatu perluasan skema-skema yang bersifat klasifikasi, konseptualisasi pada beragam tingkat abstraksi, penyusunan, hipotesis dan lain-lain.
c)      Pendekatan Pascabehavioral
Pendekatan Pascabehavioral merupakan Revolusi dari pendekatan-pendekatan sebelumnya. Pendekatan ini ada karena akibat adanya pergeseran pendekatan lain seiring berjalannya waktu karena adanya pencairan paradigma dari ilmu politik. Pendekatan ini lebih berorientasi kemasa depan menuju relavansi dan tindakan.
Pendekatan ini terdiri dari beberapa konsep, yaitu yang Pertama adalah Subtansi mendahului teknik sehingga permasalahan sosial yang mendesak menjadi lebih penting dari pada peralatan investigasi. Kedua, Behavioralisme secara ideologi bersifat konservatif dan terbatas pada abstraksi, bukannya kenyataan saat kisis. Ketiga, ilmu tidak dapat bersifat netral ketika dilakukan evaluasi, fakta tidak dapat dipisahkan dari nilai dan alasan-alasan nilai harus dikaitkan dengan pengetahuan. Keempat, kaum intelektual harus bertanggung jawab atas masyarakatnya, mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan dalam peradaban dan tidak semata-semata menjadi sekelompok teknisi yang terisolasi dan terlindungi dari isu-isu dan permasalahan yang melengkapi pekerjaan mereka. Kelima, para intelektual harus berpartisipasi dalam politisasi institusi-institusi profesi dan akademik.

Daftar Pustaka

Chilcote, Ronald H. 2003. Teori perbandingan politik : Penelusuran paradigma/Ronald H. Chilcote; penerjemah: Haris Munandar, Dudy Priatna. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard. Google