TEORI PERBANDINGAN POLITIK - KRISTIAN THOMAS DJARA (2013230100)

05.39.00 0 Comments

Teori revolusi pada dasarnya dapat digunakan sebagai teori perbandingan politik antar negara berdasarkan pemikiran para tokoh yang mengkaji fenomena revolusi secara mendalam. Menurut Crane Brintot dalam buku perbandingan politik yang ditulis oleh Macridis & Brown (1996:601), beberapa keseragaman atau kesamaan yang ditemukan dalam revolusi Inggris, Amerika, Perancis, dan Rusia adalah

1.        Jika ditinjau secara lebih saksama, tingkat ekonomi keempat negara yang menjadi dasar revolusi di negara-negara barat yang bahkan merambah ke seluruh dunia adalah ekonomi dalam taraf yang sangat berkembang terkecuali revolusi petani di Cina yang terjadi pada masa kemisikinan melanda negeri tirai bambu. Gerakan-gerakan revolusioner muncul karena adanya kesadaran akan penindasan dalam aktivitas ekonomi atau adanya diskriminasi dalam pemerataan ekonomi dalam negara dan praktek-praktek korupsi yang pada akhirnya membangun gerakan revolusioner untuk menumbangkan rezim tertentu. Pada dasarnya tingkat ekonomi yang sudah tinggi di negara-negara tersebut mendorong adanya praktek ekonomi yang menyengsarakan dan merugikan rakyat.

2.        Adanya pertentangan kelas tertentu yang membangun kesadaran untuk melakukan revolusi. Pertentangan kelas antara bangsawan feodal terhadap kaum borjuis ataupun kaum borjuis terhadap kaum proletar tidak akan menjadi revolusi dari kaum tertindas ketika tidak terdapat wadah untuk menyuarakan aspirasi mereka. Wadah tersebut adalah kelompok masyarakat atau individu yang memiliki pengaruh dalam masyarakat sehingga dapat memimpin revolusi demi kepentingan orang-orang tertindas.

3.        Adanya pemerintahan yang menggunakan sistem pemerintahan dengan cara tradisional yang tidak efisien di tangah perkembangan masnyarakat yang sangat pesat. Adanya pembaharuan dan pencerahan ilmu pengetahuan dalam masyarakat tetapi sistem pemerintahan tradisional masih diterapkan atas masyarakat yang mengalami perkembangan dalam berbagai segi sehingga menciptakan tuntutan untuk mengganti sistem pemerintahan yang lebih menguntungkan pihak tertentu dengan mengganti kepemimpinan yang cenderung otoriter. Penggunaan kekuasaan dengan tidak bijaksana dapat menimbulkan kebencian yang dapat memicu adanya revolusi untuk memperbaiki tatanan masyarakat yang dirusak oleh pemerintahan penguasa yang tidak memperhatikan kepentingan rakyat. Lazimnya, kelompok-kelompok revolusi yang menuntut adanya perubahan akan terlihat lebih kompak dan memiliki persatuan yang sangat erat. Namun, ketika tuntutan tersebut tercapai, kelompok-kelompok tersebut akan saling memperebutkan kekuasaan dan tidak menjadi kelompok yang bersatu dengan kepentingan yang sama melainkan kepentingan kelompoklah yang lebih diutamakan. 

Teori di atas dapat diterapkan untuk menganalisa revolusi di dua negara untuk menemukan pola yang sama dan perbedaan tertentu pada dua peristiwa revolusi yang berbeda. Sebagai contoh, Persamaan yang dapat ditemukan dalam revolusi Bolsevik (1917) dan revolusi petani Cina (1927). Hal ini terjadi karena adanya situasi penindasan oleh tuan tanah atau negara yang menyebabkan situasi kesengsaraan dan penderitaan pada masyarakat kelas bawah. Oleh karena itu, kaum bolshevik menjadi wadah penyampaian aspirasi yang berkembang menjadi revolusi di Rusia untuk menggulingkan pemerintahan Tsar dan menggantikannya dengan pemerintahan republik. Hal serupa terjadi di Cina. Mao melakukan pemetaan kekuatan petani untuk melakukan revolusi melawan imperialisme dan partai Kuomitang yang nasionalis. PKC menjadi wadah aspirasi petani sehingga dukungan petani sangat signifikan dalam mengubah haluan pemerintahan Cina dari Rebublik nasionalis menjadi Republik Komunis yang berorientasi pada kesejahtaraan rakyat (RRC).


Referensi:

Macridis Roy & Brown Bernard, Penerjemah: Henry Sitanggang. (1996). Perbandingan Politik, Edisi keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta. 

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard. Google