TEORI DEPENDENSI - AHMAD SIDDIQ (2013230057)
Teori
Ketergantungan atau yang biasa di kenal dengan teori Dependensi ini mulai
menjadi populer pada tahun 1960an. Teori ketergantungan sendiri mengkhususkan
penelitiannya pada hubungan antara Negara dunia pertama dan Negara dunia
ketiga. Teori ini kemudian berkembang sebagai suatu kritik terhadap teori
modernisasi yang dianggap sangat menyesatkan dalam hal prediksi nya terhadap
prospek pembangunan di dunia ketiga. Teori Modernisasi yang menyatakan bahwa
pembangunan itu seharusnya mencontoh apa yang dilakukan oleh Negara – Negara
barat yang telah terlebih dahulu maju, justru malah membuat Negara dunia ketiga
yang mengikuti teori tersebut menghadapi masalah dalam hal perekonomiannya. Hal
tersebutlah yang kemudian turut mendorong muncul nya teori ketergantungan ini.
Tokoh – Tokoh dari teori
ketergantungan ini adalah Theotonio Dos santos dan Raul Prebisch. Dalam hal ini
Thetonio Dos Santos menjelaskan bahwa kehidupan suatu Negara tertentu (Negara
berkembang) dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi
Negara lain (Negara Maju), yang dimana Negara tertentu (Negara Berkembang) ini
hanya berperan sebagai penerima akibat saja. Atau dengan kata lain positif atau
negatifnya dampak perkembangan pembangunan di Negara maju akan membawa dampak
pada Negara berkembang. Sedangkan Raul Prebisch lebih mengkritik konsep
pembagian kerja secara internasional yaitu International
Division of Labor (IDL), yang menurutnya telah menjadi penyebab munculnya
masalah pembangunan di Negara berkembang. Karena dengan adanya konsep pembagian
kerja secara internasional yang didasarkan pada teori keunggulan komparatif,
telah membuat Negara – Negara di dunia melakukan spesialisasi produksinya. Yang
mana oleh karena itu, Negara-negara di dunia terbagi menjadi dua kelompok,
yaitu Negara pusat (center) yang
menghasilkan barang industry dan Negara pinggiran (pheriphery) yang memproduksi hasil pertanian. Dimana keduanya
saling melakukan perdagangan namun dalam hal ini dapat terlihat bahwa Negara
pusat yang melakukan spesialisai pada industry menjadi kaya, sedangkan Negara
pinggiran tetap saja miskin. Padahal seharusnya kedua Negara tersebut sama –
sama kaya karena perdagangannya saling menguntungkan.
Analisis
Raul Prebisch terhadap kemiskinan negara pingiran :
1. Terjadi
penurunan nilai tukar komoditi pertanian terhadap komoditi barang industri.
Barang industri semakin mahal dibanding hasil pertanian, akibatnya terjadi
defisit pada neraca perdagangan negara pertanian bila berdagang dengan negara
industri.
2. Negara-negara
industri sering melakukan proteksi terhadap hasil pertanian mereka sendiri,
sehingga sulit bagi negara pertanian untuk mengekspor ke sana (memperkecil
jumlah ekspor negara pinggiran ke pusat).
3. Kebutuhan
akan bahan mentah dapat dikurangi dengan penemuan teknologi baru yang bisa
membuat bahan mentah sintetis, akibatnya memperkecil jumlah ekspor negara
pinggiran ke negara pusat.
Solusi
yang ditawarkan Raul Prebisch:
Presbich
berpendapat bahwa negara-negara yang terbelakang harus melakukan
industrialisasi, bila mau membangun dirinya, industrialisasi ini dapat dimulai
dengan Industri Substitusi Impor (ISI). ISI dilakukan dengan cara memproduksi
sendiri kebutuhan barang-barang industri yang tadinya di impor untuk mengurangi
bahkan menghilangkan penyediaan devisa negara untuk membayar impor barang
tersebut. Pemerintah berperan untuk memberikan proteksi terhadap industri
baru. Ekspor bahan mentah tetap
dilakukan untuk membeli barang-barang modal (mesin-mesin industri), yang
diharapkan dapat mempercepat indrustrialisasi dan pertumbuhan ekonomi. Bagi
Presbich campur tangan pemerintah merupakan sesuatu yang sangat penting untuk
membebaskan negara-negara pinggiran dari rantai keterbelakangannya.
Referensi :
Stean,
Jill & Pettiford, Llyod, Hubungan Internasional; Perspektif dan Tema.,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Jackson,
Robert dan Georg Sorensen. (2009). “ Pengantar Studi Hubungan Internasional”.
Yogyakarta; Pustaka Pelajar